Rabu, 24 Juni 2015

Resensi "Gurus on Leadership"




RESENSI
By. Titi Darmi

gurus
on




Leadership
    Mark A Thomas



                                                                               
THOROGOOD



Sekilas tentang Mark Thomas
Mark Thomas adalah konsultan bisnis internasional, penulis dan narasumber/pembahas yang mengkhususkan diri dalam perencanaan bisnis, mengelola perubahan, manusia pengelolaan sumber daya dan pengembangan eksekutif. Sebelum menjadi Senior Partner dengan Manajemen Dynamics Kinerja Konsultan ia bekerja selama beberapa tahun dengan Price Waterhouse di London, di mana ia menyarankan pada dunia bisnis dan perubahan organisasi, menghadapi masalah yang timbul perlu manajemen  strategis baik di sektor swasta dan organisasi publik.  Pengalaman  dan bisnis konsultasi telah membuat perubahan organisasi terutama manajemen strategis, merger dan akuisisi dan restrukturisasi.
Kegiatan bisnisnya saat ini meliputi manajemen perubahan strategis dan fasilitasi perencanaan bisnis dan acara tim top. Dia secara teratur desain, memimpin dan memfasilitasi sesi tim teratas di berbagai masalah perencanaan bisnis dan inisiatif - re-organisasi, perubahan program dan merger. Selain itu ia berhasil seluruh rangkaian kepemimpinan dan pengembangan organisasi inisiatif eksekutif yang mendukung perubahan organisasi yang lebih luas - ini termasuk program kepemimpinan dan pembinaan eksekutif. Dia adalah anggota Asosiasi Fakultas di Tias Business School di Belanda, MCE di Brussels dan Suez Corporate University.
Pengalaman konsultasi Markus sudah termasuk bekerja sama dengan perusahaan perusahaan multinasional dan global utama seperti: Lloyds TSB Aset Manajemen, Motorola, Barclays Capital, ECB, Reuters, Cisco, Sony, HSBC, Sun International, Forte, Coca Cola, Mars, Nestle, Aramex, Philip Morris, Oxford University Press, C & A, Sara Lee, Shell, Schroders, Union Bank of Switzerland, Alcatel, NCR, Amerika, Asosiasi Manajemen, Alcoa, Aspect Telekomunikasi, Autodesk dan Logica. Berbasis di London, Mark bekerja di seluruh dunia - dia telah bekerja di lebih dari 40 negara yang berbeda, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Denmark, Singapura, Australia, UEA, Turki dan Rusia. tambahan lagi untuk konsultasi dan pengembangan karyanya Mark adalah konferensi dan seminar speaker sering pada bisnis, organisasi dan manusia serta masalah sumber daya. Mark adalah anggota Inggris Chartered Institute of Personalia dan Pembangunan.

Publikasi bukunya lainnya meliputi:
·      Kinerja Keterampilan Consulting Tinggi - (Thorogood, 2003)
·      Keterlaluan Peran Manajemen Anda - Membuat Transisi
·      Consultant internal (Butterworth Heinemann, 1996)
·      Merger dan Acquisitions- Menghadapi Organisasi dan
Masalah orang. Sebuah laporan khusus (Thorogood, 1997)
·      Keterampilan Project (Butterworth Heinemann, 1998)
·      Magister Manajemen Rakyat (Thorogood, 1997)
·      The Shorter MBA (Admiral Inn, 1991), edisi kedua (Thorogood, 2004)
Dia bisa dihubungi di
www.performancedynamics.org


A.      PENGANTAR
Tulisan ini tentang  Kepemimpinan  Gurus  yang berjudul “Gurus on Leeadership” , 2006,  yang ditulis  Mark Thomas.  Buku ini mengambarkan kepemimpinan masa lalu dan pemikiran kepemimpinan saat ini beserta kasus-kasus yang terjadi di perusahan besar dunia, yang failit akibat amoral pimpinanya, sehingga menggangu keuangan negara. Mark Thomas menjelaskan  filosofi Pimpinan sebagai  orang yang  menginspirasi, memotivasi yang akan merubah pola pikir  dalam meningkatkan kapasitas yang dipimpinanya dalam mencapai visi misi organisasi.  Buku ini juga memberikan gambaran secara umum gaya kepemimpinan, peran pemimpin, apa yang harus dimiliki pimpinan dalam kemajuan organisasi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai dan mempunyai integritas yang tinggi.

B.       Mark Thomas Mendeskripsikan tentang Kepemimpinan
GAYA KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
PERAN KEPEMIMPIAN
BAGAIMANA ANDA MEMIMPIN ?
 

Kepemimpinan itu memliki:
1.      Pengetahuan
2.      Keterampilan

  Apa yang anda lakukan sebagai     Pimpinan



Gambar 1 : Model Kepemimpinan Menurut Mark Thoma
Pertama, Mark Thomas, dalam  tulisannya menceritakan skandal-skandal perusahaan besar di Negara Eropa  diantaranya perusahaan Enron, WorldCom, Rite Aid, Tyco, ImClone Systems, global Crossing dan Computer Associates. Perusahan ini perusahan besar yang memiliki asset yang banyak, memiliki keunggulan yang sangat tinggi, mempunyai karyawan yang kompotitif, sebagai pusat bisnis, sebagai nara sumber diseluruh dunia, memiliki daya saing yang tinggi, mempunyai imbalan kerja di atas rata-rata.  Akan tetapi Organisasi  perusahaan tersebut di atas bangkrut dalam sekejap. Semua ini disebabkan  tidak hanya penyimpangan keuangan saja, tetapi juga disebabkan keserakahan berlebihan dan kesombongan oleh para pemimpinnya dan gaya kepemimpinan perusahan yang amoral dan tidak  memiliki integritas.
Nama-nama pimpinan yang terlibat skandal disebutkan oleh mark diantaranya adalah Sotheby, Christi, Sir Anthony Tennant, mantan CEO Christopher Davidge,. Lehman Brothers, Goldman Sachs, Bear Stearns, Merrill Lynch, Credit Suisse First Boston, Morgan Stanley, JP Morgan Chase dan Deutsche dll, nama-nama ini diantara pimpinan yang mengelola perusahan yang mengakibatkan goyangnya keuangan negara Amerika dan Eropa. Fenomena skandal ini membuat  Gedung Putih dan Kongres meradang, Presiden Bush dan anggota legislatif menganjurkan perubahan besar dan regulasi yang ketat  untuk menempatkan perusahaan tanggung jawab di bagian atas agenda politik. Bush menyatakan bahwa perusahaan Amerika harus mengerti bahwa ada panggilan yang lebih tinggi dari apapun  demi negara.
Mark Thomas menggambarkan krisis kepemimpinan. Dengan detail memimpin organisasi besar yang  berkualitas, ambisi, tekad, pikiran tunggal dan unik rasa ketajaman bisnis sangat urgen. Akan tetap lebih dari itu pimpinan harus memiliki moral yang tinggi serta integritas, pengalaman menunjukan  kegagalan perusahaan di sebabkan keserakahan perilaku pemimpinan. Faktor fundamentalnya  adalah nilai-nilai, integritas, keadilan dan kejujuran yang tidak dimiliki. Sebaliknya kita sering melihat ego besar, penyalahgunaan kekuasaan, bersama-sama dengan perilaku egois. Dalam beberapa kasus ada strategi kepemimpinan yang jelas bullying dan intimidasi. Hasilnya adalah krisis kepemimpinan banyak bermunculan dalam organisasi baik swasta mapun organisasi publik.
            Kedua, Kasus-kasus di sector Publik, menggambarkan bahwa ketidakpercayaan  masyarakat  kepada  pimpinan, terlihat dari rendahnya partispasi  masyarakat dengan tidak mengikuti proses pemilu yang dilaksanakan.  Tren yang mengkhawatirkan ini berdampak sikap apatis massa yang
pemilih merasa terhadap politisi dan proses politik.
 
Bahkan di sektor publik dan pelayanan sipil, yang begitu lama dirasakan
integritas dan tanggung jawab nilai, telah menunjukkan masalah yang sam
a,. di
Inggris kita telah menyaksikan skandal politik yang terkait dengan
Komisaris standar parlemen Elizabeth Firkin yang pada tahun 1999
itu mungkin lebih bersemangat dalam meninjau klaim biaya beberapa politisi '
dan kegiatan usaha ekstrakurikuler mereka.
 Tindakn pimpinan tertentu dalam mempekerjakan  anggota keluarga dan  tidak mengikuti prosedur dengan benar, Hal ini,  ditolak oleh Anggota Parlemen pada komite standar.
Dalam tulisan ini juga mark  menceritakan tentang skandal pimpinan dalam mengelola negaranya, misalnya, mantan Menteri Transportasi Stephen Byers, melakukan tindakan  kolusi dan suap.   Ada lagi kesalahan pimpinan  dalam kebijakan/pengangambilan keputusan terhadap  Perang Irak,  publik  protes, karena  kegagalan pimpinan dalam  pemerintah Inggris untuk mengambil tanggung jawab tindakan tersebut. Kemudian, kasus lainya,  kepemimpinan politik di Ingris  bereloborasi dengan rumah sakit yang melakukan mall praktik, yang membuat kemarahan masyarakat. Tindakan kepala eksekutif dari rumah sakit, Temuan-temuan dari penyelidikan terjadi perselingkuhan di dalam pengadilan. Kesemua kasus tersebut selayaknya pemerintah dalam hal ini pimpinan tertinggi harus memiliki tanggungjawab penuh.
Di institusi Kepolisian juga terdapat ketidakadilan dan deskriminasi ras atas tindak criminal. Pimpinan Kepolisian dianggap menantang bahaya yang berakibat bergejolak ditengah masyarakat. Sementara itu, pimpinan kepolisian tetap melakukan penganggaran biaya untuk pengembangan kapasitas anggotanya untuk berperilaku   sesuai nilai-nilai yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan, biaya yang dikeluarkan Negara  untuk meningkatkan kapasitas SDM hasilnya tidak sesuai ekspektasi publik.
Mark dalam bukunya mempertegas bahwa kepemimpinan sejati, sangat penting memiliki nilai-nilai seperti integritas dan keadilan  bagi seorang pemimpin, baik itu  seorang Chief Executive, pemimpin politik, manajer pabrik atau tim rumah sakit. Tapi persepsi yang sering yang diberikan bahwa banyak pemimpin perusahaan yang semata-mata berkaitan dengan egois  dan mementingkan golongannya,  pimpinan jangan hanya berkeinginan  untuk meningkatkan  harga saham perusahaan mereka di waktu  sesingkat mungkin, akan tetapi pimpinan penting memikirkan dampak yang baik dari semua aspek.
Lebih lanjut Mark mengatakan pada umumnya Organisasi Publik dan Organisasi swasta, mempunyai masalah yang sama yang mencerminkan perilaku pimpinan yang buruk dan  meningkari janji mereka. Dijelaskan juga misalnya  Presiden Clinton yang dipestakan oleh jutaan  orang sebagai pemimpin besar namun ia jelas menyesatkan  America orang tentang  perilakunya  selama scandal- Lewinsky tetapi tampakny, dianggap biasa saja oleh para pemimpin politik tidak berbeda dengan kita semua dalam melakukan kecerobohannya  dan perilaku itu  adalah bagian dari kehidupan.  Timbul pertanyaan apakah pemimpin yang  mengucapkan janji pada orang lain memiliki kewajiban untuk setidaknya memenuhi rasa kehormatan. Dalam dunia politik pemimpin kita jarang  berusaha untuk memenuhi janjinya kepada masyarakat. Dijelaskan,  Tony Blair shock selama pemilu terakhir ketika disajikan dengan kemarahan seorang wanita, yang meminta layanan rumah sakit karena suaminya menderita kanker tidak mendapatkan layanan di rumah sakit dengan baik.

Mark menjelaskan tentang kepemimpian menurut para tokoh-tokoh dunia. Salah satu kunci keberhasilan kepemimpinan menurut Warren Bennis adalah:" Pemimpin masa depan akan membutuhkan semangat untuk pembelajaran yang berkelanjutan, yang halus, telinga cerdas bermoral dan etika konsekuensi dari tindakan mereka dan memahami tentang tujuan kerja organisasi. "
Seorang pemimpin dapat memberi contoh dan memiliki kepekaan,  pemimpin yang bersedia untuk menggunakan hati nurani mereka dalam melayani  masyarakat.  Menuurut Dr Pendeta Martin Luther King  pimimpin ada: "Seseorang yang bisa mengambil keputusan pada  saat ketika seseorang harus mengambil posisi yang tidak aman, atau tidak  populer, tapi dia tetap mengambil keputusan  karena  menurut hati nuraninya mengatakan itu benar. "
Profil Kepemimpinan Para Tokoh dan Karyanya
John Adair - Aksi Centred Leadership (ACL) John Adair saat ini dinilai sebagai pakar terkemuka dunia dalam bidang kepemimpinan dan pengembangan kepemimpinan. Ia telah menulis 30 buku mengenai kepemimpinan dan tercatat sebagai salah seorang dari 40 orang di dunia yang memberi kontribusi terbesar pada pengembangan pemikiran dan praktik manajemen.
            John Adair yang duduk di Sekolah St. Paul, telah menjalani karier yang beragam yang  penuh warna. Ia mengabdi sebagai ajudan pada resimen Badui dalam Legiun Arab, bekerja sebagai kelasi kapal pukat di Kutub Utara, dan pernah bekerja di rumah sakit. Setelah lulus dari Cambridge, ia menjadi Dosen Senior dalam Sejarah Militer dan Penasihat Pelatihan Kepemimpinan di Akademi Militer Kerajaan, Sandhurst, kemudian menjadi Direktur Kajian yang pertama di Gedung St. George, Kastel Windsor, dan Direktur Luar Biasa di Masyarakat Industri. Ia menjadi professor pertama di dunia dalam bidang Studi Kepemimpinan di Universitas Surrey. Ia juga membantu mendirikan Pusat Pendidikan Kepemimpinan pertama di Eropa di Universitas Exeter. Saat ini, John Adair adalah penasihat pengembangan kepemimpinan nasional dan internasional. Buku-bukunya yang terbaru, antara lain Not Bosses But Leaders, The Inspirational Leader, dan How to Grow Leaders, Ia menjadi Profesor pertama di dunia Studi Kepemimpinan di Universitas Surrey.
Adair mempopulerkan model kepemimpinan yang dikenal dengan  Model ACL. Adair mendefinisikan kepemimpinan dalam tiga konsep “Task, Team, and Individual” dalam lingkaran saling terkait, sehingga merupakan satu kesatuan konsep ACL (Action-Centered Leadership); dan menyatakan “… leadership is about teamwork, creating teams. Teams tend to have leaders, leaders tend to create teams”. Adair berkeyakinan bahwa working groups atau teams akan memberikan tiga kontribusi pada pemenuhan kebutuhan bersama, berupa “the need to accomplish a common task, the need to be maintained as acohesive social unit or team, and the sum of the groups’s individual needs”
Warren Bennis (Los Angeles, CA), lahir pada tahun 1925, adalah seorang sarjana Amerika, konsultan organisasi dan penulis yang secara luas dianggap sebagai pelopor bidang kontemporer kepemimpinan. Bennis adalah Profesor Universitas dan Distinguished Profesor Administrasi Bisnis dan Pendiri Ketua The Leadership Institute di USC. Pada tahun 2007, BusinessWeek menyebutnya salah satu dari sepuluh profesor sekolah bisnis yang memiliki pengaruh terbesar pada pemikiran bisnis. Warren Gamaliel Bennis (lahir 8 Maret 1925) adalah seorang sarjana Amerika, konsultan organisasi dan penulis, secara luas dianggap sebagai pelopor bidang kontemporer studi Kepemimpinan. Bennis adalah Profesor Universitas dan Distinguished Profesor Administrasi Bisnis dan Pendiri Ketua The Leadership Institute di University of Southern California. Karyanya di MIT pada tahun 1960 pada perilaku kelompok meramalkan  dan membantu mewujudkan . Saat ini menjadi kurang hirarkis, lebih demokratis dan lembaga adaptif, swasta dan publik.
Warren Bennis menulis tentang perbedaan penting antara beberapa pemimpin dan manajer sebagai berikut:  Leader melakukan inovasi, sedangkan manajer mengelola. Ini berarti bahwa seorang leader atau pemimpin adalah orang yang datang dengan ide-ide baru dan menggerakkan seluruh organisasi ke dalam fase berpikir untuk maju. Orang ini harus terus-menerus  mengembangkan strategi-strategi dan taktik baru . Dia harus memiliki pengetahuan tentang tren terbaru, penelitian, dan keahlian. Di sisi lain, manajer mempertahankan apa yang telah ditetapkan. Orang ini harus mempertahankan kontrol dan mengatasi gangguan dalam organisasi yang mungkin ada.
Leader menginspirasi sementara manajer bergantung pada kontrol. Seorang pemimpin adalah seseorang yang menginspirasi orang lain untuk menjadi yang terbaik dan tahu cara yang tepat mengatur tempo serta kecepatan untuk seluruh kelompok. Kepemimpinan adalah bukan apa yang Anda lakukan-tetapi apa yang orang lain lakukan sebagai respon dari Anda. Jika tidak ada yang  muncul di barisan Anda, maka Anda bukanlah  seorang pemimpin.
Pemimpin bertanya “what” dan “why,” sedangkan manajer bertanya “how”. Untuk bertanya apa  dan mengapa Anda harus mampu mempertanyakan mengapa orang lain melakukan tindakan-tindakan tertentu yang terjadi. Kadang-kadang ini mengharuskan Anda menantang atasan. Ini berarti bahwa mereka mampu stand up untuk manajemen ketika mereka berpikir sesuatu  yang perlu dilakukan bagi perusahaan. Pemimpin tidak selalu benar tentunya.
Warren Bennis, dikenal luas sebagai guru kepemimpinan modern, mengidentifikasi enam kualitas personal adalah sebagai berikut : 1) Integritas Integritas berarti penyatuan kata-kata dan tindakan didalam nilai-nilai diri. Artinya lekat dengan nilai-nilai ini sekalipun cara alternatif lebih mudah atau menguntungkan; 2) Dedikasi Dedikasi berarti menggunakan waktu dan energi pada tugas yang harus diselesaikan daripada memberikan waktu yang bisa Anda luangkan: 3) Berbudi luhur. Seseorang yang murah hati memberikan kredit pada saat yang tepat. Juga berarti menjadi ramah dalam mengalahkan dan memungkinkan orang lain yang dikalahkan untuk mendapatkan martabat mereka; 4) Kerendahan hati. Kerendahan hati kebalikan dari arogansi dan narsisme. Artinya mengakui bahwa Anda tidak mewarisi superioritas dan konsekwensinya mereka tidak rendah diri di depan Anda. Tidak berarti mengecilkan maupun mengagungkan diri Anda sendiri; 5) Keterbukaan, Keterbukaan artinya mampu mendengarkan ide-ide yang ada diluar model yang ada, mampu menangguhkan penilaian setelah seseorang mendengar pendapat orang lain; 6) Kreatifitas, Kreatifitas berarti berpikir secara berbeda, mampu keluar dari kotak dan melihat sudut pandang baru atau yang berbeda atas sesuatu.
Salah satu usaha yang terkenal dalam rangka mengidentifikasikan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam management ahíla managerial gris. Usaha ini dilakukan oleh Robert R. Blake dan Jane S. Mouton. Dalam pendekatan managerial grid ini, manager berhubungan dengan dua hal, yakni produksi di satu pihak dan orang-orang dipihak lain. Sebagaimana dikehendaki oleh Blake dan Mouton, managerial grids disini ditekankan bagaimana manager memikirkan mengenai produksi dan hubungan verja dengan manusianya.
Menurut Blake dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrim, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan ditengah-tengah gaya ekstrims tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial gris itu antara lain sebagai berikut: 1) Gris 1. manager sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengan dirinya, dan produksinya yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manager dalam gris ini menganggap dirinya sebagai perantara yang hanya mengkominikasikan informasi dari atasan lepada bawahan; 2) Gris 2. Manager mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksinya maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia mencoba merencanakan semua usaha-usahanya dengan senantiasa memikirkan dedikasinya pada produksi dan nasib orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Manager yang termasuk gris ini dapat dikatakan sebagai “manager tim” yang riel (the real team manager). Dia mampu untuk memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan kebutuhan=kebutuhan orang-orang di organisasinya; 3) Gris 3. Ini gaya kepemimpinan dari manager, ahíla mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah. Manager semacam ini sering dinamakan pemimpin club (the Country club management), Manajer ini berusaha menciptakan suasana lingkungan yang semua orang bias bekerja rilek, bersahabat, dan bahagia bekerja dalam organisasinya. Dalam suasana seperti ini tidak ada satu orang pun yangmau memikirkan tentang usaha-usaha koordinasi guna mencapai tujuan organisasi; 4)Grid 4. Ini kadangkala manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas secara otokratis (autocratictask managers). Manager semacamini hanya maua memikirkan tentang usah peningkatan efisiensi pelaksanaan verja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya.dan lebih dari itu gaya kepemimpinannya lebih menonjolkan otokratisnya; 5)  Gris 5. Dalam hal ini manager mempunyai pemikiran yang médium baik pada produksi maupun pada orang-orang. Dia berusaha mencoba menciptakan danmembina moral orang-orang yang bekerja dalam organisasi yang di pimpinnya, dan produksi dalam tingkat yang memadai, tidak terlampau mencolok. Dia tidak menciptakan target terlampau tinggi sehingga sulit dicapai, dan berbaik hati mendorong orang-orang untuk bekerja lebih baik. Kelima gris tersebut bermanfaat untuk mengetahui dan mengenal macam-macam gaya kepemimpinan seorang manager.
Sementara itu tokoh berikutnya adalah Dr. Ken Blanchard dan Dr. Paul Hersey yang terkenal dengan gagasanya adalah Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, dalam  buku  Management of Organizational Behavior.  Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”. Sampai kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey – mengembangkan  Situational Leadership Model dan Blancard – mengembangkan Situational Leadership Model I.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan  situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
GM. Peter Drucker menerbitkan buku berikutnya "The Practice of Management" pada tahun 1954. Total buku yang ditulisnya sebanyak 35 buah. Temanya tentang manajemen, kepemimpinan, dan kemanusiaaan. Manusia adalah asset, bukan alat ! Perusahaan harus menghargai manusia, bukan memerasnya. Produk adalah satu-satunya aset yang harus diperas. Berikutnya buku tentang manajemen dan kepemimpinan yang pernah ada dan yang ditulis saat ini, jika ditelusuri lebih lanjut akan mengarah ke kedua buku Drucker ini. Concept of management dan Practice of management.
Management by objective atau MBO pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Prosesnya juga berjalan dengan nama-nama lain termasuk “manajemen berdasarkan sasaran”,”manajemen berdasarkan hasil” atau “management by result”, goals management”, work planning and review”,”goals and controls”,”jons terget setting”,”dan sebagainya. Walaupun menggunakan nama-nama yang berbeda prosesnya adalah sama. MBO telah berkembang sangat terkenal, terutama dalam organisasi-organisasi besar. Pada hakekatnya MBO menekankan pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan efektif.
MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipasi, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan, MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan.
MBO mulai dikenal sekitar tahun 60an dan lebih efektif diterapkan dalam sektor swasta. Melihat kaidah MBO sangat populer disektor swasta akhirnya menggerakkan Morrisey membuat penyesuaian MBO ke sektor pemerintahan dengan menanamkan MOR (Management by Objective and Results) .
Fred Fiedler - Teori kontingensi Pria Fred Edward Fiedler lahir di Wina, Austria pada 13 Juli 1922. Fiedler adalah nama yang diakui secara global dalam bidang akademik psikologi dan kepemimpinan. Model kontingensi Fiedler adalah kepemimpinan teori Psikologi Industri dan Organisasi yang dikembangkan oleh Fred Fiedler (lahir 1922), salah satu ilmuwan terkemuka yang membantu bidangnya bergerak dari penelitian sifat-sifat dan karakteristik pribadi pemimpin untuk gaya kepemimpinan dan perilaku. Teori kontingensi memungkinkan untuk memprediksi karakteristik situasi yang tepat untuk efektivitas. situational control: Tiga komponen situasional menentukan atau situasional favourableness control; 1) Leader-Member Relations, mengacu pada tingkat saling percaya, menghormati dan kepercayaan antara pemimpin dan bawahan.; 2) Tugas Struktur, merujuk pada sejauh mana tugas-tugas kelompok jelas dan terstruktur; 3) Posisi pemimpin Power, mengacu pada kekuasaan yang melekat pada posisi pemimpin itu sendiri.
Ketika ada seorang pemimpin yang baik hubungan anggota, tugas yang sangat terstruktur, dan posisi pemimpin yang tinggi kekuasaan, situasi ini dianggap sebagai "situasi yang menguntungkan. Fiedler menemukan bahwa para pemimpin LPC rendah lebih efektif dalam sangat menguntungkan atau situasi yang tidak menguntungkan, sedangkan para pemimpin LPC tinggi performa terbaik dalam situasi dengan tingkat favourability.
Dibagian lain Mark juga menganalisis Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan  peribadi  apapun yang dimiliki pemimpin.
Fred Fiedler  dengan teori konteginsinya mengatakan bahwa efektivitas suatu  organisasi tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan situasi. Menurut Fiedler ada 3(tiga) unsur dalam situasi kerja untuk menentukan gaya kepemimpinan, yaitu : 1) Hubungan pimpinan dengan anggota; 2) Struktur tugas; 3) Posisi kekuasaan pemimpin (formal). Untuk menjadi pemimpin yang paling efektif, manajer harus menyesuaikan gaya-gaya kepemimpinannya dengan situasi yang ada. Menurut Fiedler, situasi terbagi 2(dua), yaitu : Situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Pada kedua situasi tersebut, yaitu menguntungkan dan  tidak menguntungkan pada titik ekstrim maka penggunaan gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas akan efektif, namun bila situasi menguntungkan tersebut hanya pada titik moderat, maka gaya kepemimpinan hubungan karyawan akan sangat efektif. Apabila pemimpin mempunyai keterbatasan kemampuan untuk merubah gaya kepemimpinannya maka situasinya harus diubah atau pemimpin harus dipilih yang gayanya cocok dengan situasi yang ada.
Dalam bagian lain dalam bukunya Mark juga menjelaskan teori Emotional Intelligence (EQ) yang dikembangkan oleh  Daniel Goleman. Daniel Goleman untuk pertama kalinya membawa istilah emotional intelligence untuk khalayak luas 1995, dan pertama kali diterapkan Goleman konsep untuk bisnis dengan artikelnya 1998 di Harvard Business Review. Dalam penelitiannya di hampir 200 besar, perusahaan global, Goleman menemukan bahwa kualitas tradisional dikaitkan dengan kepemimpinan seperti kecerdasan, ketangguhan, tekad dan visi yang diperlukan untuk sukses, tidaklah cukup. Pemimpin yang efektif menurut Goleman dibedakan oleh tingkat tinggi kecerdasan emosional, yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.
Setiap pelaku bisnis menyadari suatu anggapan bahwa pentingnya memiliki intelligent tinggi, skill yang tinggi dalam menjadi seorang leader. Namun perlu juga kita sadari betapa pentingya emotional intelligence. Seorang pemimpin yang baik, tentunya harus menyadari akan pentingnya memiliki kesadaran yang tinggi tentang apa yang disebut emotional intelligence. Bukan berarti bahwa IQ dan technical skill tidak penting atau tidak relevan. Keduanya merupakan modal dasar sebagai seorang pemimpin, namun emotional intelligence tidak kalah pentingnya. Bahkan, terdapat hubungan yang erat antara emotional intelligence yang dimiliki seorang pemimpin dan keefektifan performa kinerja. Dari hasil temuan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara  emosional intelligence dan performa yang efektif, terutama pada pemimpin. Dan akan dipaparkan bagaimana emotional intelligence sangat berperan dalam kepemimpinan organisasi. Emotional intelligence memainkan peran penting dalam level tertinggi sebuah perusahaan, di mana perbedaan pada technical skills sudah tidak terlalu penting. Semakin tinggi tingkatan seseorang, semakin perlu emotional intelligence capabilities ditonjolkan sebagai alasan keefektifan pemimpin. Emotional intelligence tidak hanya menciptakan seorang pemimpin yang luar biasa, tetapi juga berhubungan dengan performa yang kuat.
Dibagian lain Mark juga menjelaskan, agar individu yang kompeten dan berkomitmen perlu dukungan dan strategi kepeimpinan diantaranya adalah: 1)  Directive. Memberikan individu instruksi yang jelas dan arah tentang
 bagaimana, kapan dan di mana dalam  melakukan pekerjaan-pekerjaannya; 2) Mendukung. Mendengarkan dan mendorong keterlibatan orang lain dalam pemecahan masalah
Mark juga berpendapat ketidakmampuan kepemimpinan disebabkan: 1) Keengganan untuk menggunakan wewenang - yang dapat mengakibatkan baik dalam menghindari situasi konflik atau konstan; 2. Tirani bawahan yang disebabkan oleh serangkaian terlalu abrasif perilaku; 3) Micro-manajemen dan obsesi dengan detail; 4) Terlalu politis bermain game. Mark juga menjelaskan tentang kepemimpinan yang efektif: 1) Mencapai target visi organisasi tanpa henti dengan mengelaborasi ketidakpuasan dengan pendekatan tradisional; 2) Pemimpinan dan anggota organisasi memiliki kesadaran untuk melaksanakan  strategis organisasi  dengan cara menjalankan peran dan tugas masing-masing; 3) Pimpinan memberikan penghargaan yang tulus kepada anggota oragnisasi yang memberikan kinerja dengan baik; 4) menekan keselarasan antara emosional dan nilai-nilai lintas budaya dalam menerapkan keterampilan; 4) Pimpinan berkomitmen dalam mengembangkan kapasitas anggota organisasinya.  Sebuah komitmen terhadap pendidikan.
Mark juga menjelaskan manajemen tentang mengatasi kompleksitas, kepemimpinan dengan cara mengolah perubahan. Pemimpin, menurutnya, melibatkan orang lain dan berusaha untuk meningkatkan harga diri. Pemimpin transformasional yang proaktif, meningkatkan kesadaran pengikut untuk kepentingan kolektif transenden, dan pengikut membantu mencapai tujuan yang luar biasa.
Berikutnya Mark mendifinisikan 7 perilaku kepemimpinan : 1) Pimpinan memutuskan dan mengumumkan keputusan yang telah diambil; 2)  Setelah mengambil keputusan maka pimpinan menjual keputusan tersebut sesuai dengan visi; 3) Keputusan yang diambil pimpinan melakukan presentasi atau diskusi kepada para anggota organisasinya; 4)  Pimpinan memutuskan alternative-alternatif keputusan dengan melakukan kajian-kajian dengan anggota organisasi; 5)  Pimpinan memberikan masalah-maslah yang dihadapi, didiskusikan lalu mengambil keputusan bersama dengan melihat dari beberapa aspek; 6) Pempinan menjelaskan kondisi yang ada dan menjelaskan target capain lalu diambil keputusan bersama dengan pertimbangan; 7) Pimpinan mengindentifikasi permasalahan, mengembangkan pilihan lalu beraksi, semua line bertanggung jawab dengan keputusan, pimpinan mengawasai dan mengevaluasi.
Mark juga menjelaskan gaya kepemimpinan klasik  dari  Tannenbaum dan Schmidt, gaya kepemimpinan klasik terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).
Mark juga menyinggung teori kebutuhan  dan harapan yang digagas oleh Abraham Maslow adalah bahwa kebutuhan tertentu adalah bagian fundamental dari sifat manusia. Nilai, kepercayaan dan adat istiadat mungkin berbeda
dari satu negara ke negara dan kelompok, tetapi semua orang-orang yang berpendapat
memiliki harapan dan kebutuhan yang sama. Pentingnya, Pemimpin memahami
kebutuhan ini karena motivasi yang melekat mereka
dalam mencapai harapan-harapan tersebut.  Maslow menegaskan bahwa kebutuhan manusia yang lebih tinggi, apa yang disebut aktualisasi diri, hanya diekspresikan setelah kebutuhan tingkat yang lebih rendah tertentu motivasi terpenuhi atau terpenuhi.  Seperti dalam gambar di bawah ini:























            Berikutnya Mark juga mengambarkan Teori X dan Y yang digagas oleh Douglas McGregor - Teori X dan Teori Y man. Douglas McGregor lahir pada tahun 1906 dan  sebagian besar hidupnya bekerja di dunia akademik. Ia belajar pertama di Universitas Antioch tapi dari 1954 sampai kematiannya pada tahun 1964 ia bekerja di Massachusetts Institute Teknologi, di mana ia adalah Profesor Manajemen. Dia adalah seorang tokoh sentral dalam Human Relations Sekolah yang mulai berkembang pada akhir 1950-an dan 1960-an.
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori X dapat anda baca di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa yang anda butuhkan.
Jelas, asumsi Teori Y mencerminkan pandangan dasarnya optimis sifat manusia. Ia melihat potensi yang tak terbatas pada orang untuk  pribadi dan pertumbuhan organisasi. Sebaliknya, Teori X merupakan statis dan pandangan pesimistis individu. Mereka harus didorong keras untuk melakukan sesuatu.
            Lebih lanjut Mark juga menjelaskan teori motivasi dari  McClelland ini terutama dikenal untuk karyanya pada motivasi berprestasi, tapi kepentingan penelitian juga meluas ke aspek lain dari kepribadian manusia dan kesadaran. Dia memelopori motivasi berpikir di tempat kerja dan termengembandapat teori motivasi yang unik. Teori kebutuhan McClelland menyatakan bahwa pencapaian, kekuasaan/kekuatan dan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang dapat membantu menjelaskan motivasi. Kebutuhan pencapaian merupakan dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, dan berjuang untuk berhasil. Kebutuhan kekuatan dapat membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya, dan kebutuhan hubungan merupakan keinginan antarpersonal yang ramah dan akrab dalam lingkungan organisasi.
McClelland  mengemukakan  bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi  ini dilepaskan dan  dikembangkan tergantung pada kekuatan  atau dorongan  motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Teori motivasi prestasi ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu; 1) Kebutuhan akan Prestasi; 2) Kebutuhan Kekuasaan; 3) Kebutuhan Afiliasi. McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik dan sikap motivasi prestasi menurut Mcclelland adalah : a) Pencapaian adalah lebih penting daripada materi; b) Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan; c) Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).
Dari jabaran pendapat  di atas Mark menyimpulkan pentingnya mempelajari kepemimpinan secara serius agar organisasi dapat bekerja dengan optimal. Kepemimpinan bukan hanya berbicara tentang cakupan kekuasaan, mendapatkan untug yang tinggi akan tetapi kepemimpinan  memiliki  kemampuan pemimpin untuk memberikan keteladanan bagi orang-orang di sekitarnya. Baik hidup dalam konteks memimpin dalam sebuah organisasi maupun memimpin di luar organisasi. Kepemimpinan dapat  menginspirasi untuk mewujudkan visi bersama dan  melakukan proses-proses sesuai ketentuan dan nilai yang ada di sekitar organisasi tersebut.
Seorang pemimpin teladan dapat tetap berdiri dengan kokoh menantang angin resistansi yang hendak menggoncangnya. pemimpin harus menemukan nilai-nilai yang penting baginya, dan motivasi yang mendorongnya untuk bertindak. Kejelasan nilai-nilai ini memberikan kompas moral untuk mengarahkannya setiap hari . Ternyata pemimpin tidak cukup menemukan nilai-nilai yang dianutnya, ia juga harus menemukan “apa yang diyakini oleh komunitasnya.”  Pemimpin tidak dapat memaksakan nilai-nilainya untuk diterima oleh orang yang ada dipimpinannya. Ini penting untuk membangun hubungan kerja yang orisinal dan produktif.
Seorang pemimpin memiliki kemampuan melihat keberhasilan yang lebih baik untuk masa depan atau yang disebut “visi.” Visi sang pemimpin telah dan harusnya menarik perhatian banyak orang untuk terlibat di dalamnya. Dengan  kata lain pemimpin teladan  tidak menarik segala sesuatu kepada dirinya, tetapi ia memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pada bagian ke 3 Mark menceritakan Beberapa pemikiran tentang kepemimpinan dan cara  mengelolanya.  Bagian ini mennguraikan  kutipan-kutipan  lain, daftar dan  ide-ide konsep manajemen dan kepemimpinan para tokoh dunia. Menceritakan kesulitan yang dihadapi pimpinan, atribut dan kualitas kepemimpinan, pimpian dan perubahan, sampai dengan memberikan tips untuk menjadi pimpinan yang luar biasa, cara pimpinan menerapkan aturan yang berdampak positif,  bagian tiga juga menceritakan  pimpinan, bagaimana tips    mengatasi kekacauan dalam organisasi, menjelaskan bagaimana dengan kemurahan hati, dan kebesaram  jiwa seorang  pimpinan dunia, misalnya,  Nelson Mandela, dapat menginspirasi semua orang. Bagian 3 juga menceritakan dan mengkonritkan rencana agar sesuai dengan  tujuan . semua ini untuk merangsang pemikiran dan  ide-ide dan untuk merefleksikan  gaya kepemimpinan dapat di baca di halaman 131 sampai dengan 141.
Perspektif  Mark terhadap gaya kepemimpinan beberapa tokoh di dunia seperti dalam table di bawah ini:
Pemimpin Karismatik
Pemimpin Otokratis/Asertif
Pemimpin Demokratis
General De Gaulle
Margaret Thatcher
John Major
Mrs Gandi
Francois Mitterrand
Bill Clinton
John F Kennedy
Richard Nixon
George Bush Snr
General Franco
V. Giscard d’Estaing
Anita Roddick
Bill Clinton
George W Bush
Richard Branson
Napoleon
Lou Gerstener
Lucianno Bennetton
Jack Welch
Alex Ferguson
John Brown
Richard Branson
Robert Maxwell
David Sainsbury
Ronald Reagan
John Birt
Sir John Harvey Jones
Mikhail Gorbachev
Vladimir Putin

Winston Churchill
Lord King

Ataturk
Sir Richard Greenbury

Bill Gates
Al Dunlap

Lee Iacocca
Tony Blair

Sir John Harvey Jones


John Chambers


Elliot Spitzer


Nelson Mandela


Mahatma Ghandi



            Bagian ke 4 buku ini menguraikan pendapat dari sejumlah tokoh dunia tentang kepemimpinan dunia bisa  dibaca  pada  halaman 157 sampai dengan 164, dari bagian terakhir refrensi yang berkaitan dengan gurus on leadership ada pada  lampiran di halaman akhir buku ini.

C.  ANALISIS
Kasus-kasus yang diuraikan oleh Mark  dalam bukunya,  baik di organisasi swasta maupun organisasi public di Negara Eropa dan Amerika secara eksplisit  sama yang dialami Indonesia saat ini, terdapat krisis kepemimpinan disegala aspek, untuk mendapatkan pimpinan yang jujur, berkeadilan dan berintegritas tinggi sangat sulit. Sejarawan Anhar Gonggong pernah mengkritik keras bahwa kepemimpinan Indonesia dahulu lahir dari generasi terdidik dan tercerahkan seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir dan lainnya. Tetapi, pemimpin Indonesia sekarang melahirkan kelompok intelektual terdidik, tapi tidak tercerahkan sehingga melahirkan pemimpin koruptif pada semua lingkup.
Dari uraian Mark dalam bukunya tersebut Penulis sependapat dengan beliau bahwa kepemimpinan itu harus dilandasi dengan kejujuran, keadilan. Pimpinan yang memimpin organisasi memiliki integritas yang tinggi, cerdas, kreatif, kompetitif, bertanggungjawab,  bisa menghandel dengan sukses organisasi dalam situasi apapun sangat dibutuhkans manapun. Kasman Singodimejo juga mengatakan bahwa “leader is lijden” (pemimpin adalah menderita). Seorang pemimpin harus berjuang demi rakyat yang dipimpinnya dan lebih memprioritaskan kepentingan bersama (society) dibandingkan dengan kepentingan pribadi (individu). Merujuk dari tulisan Mark ada dua (2) analisis mendasar atas pola kepemimpinan  nasional yang terjadi di Indonesia, yaitu: 1) Rendahnya karakter kepemimpinan yang dimiliki pemimpin Indonesia, dan 2) Kepemimpinan sekarang dibangun dengan politik pencitraan yang bersifat semu. Persepsi secara umum tentang kepemimpinan Indonesia tidak memilki komitmen, berkata siap membela kepentingan rakyat, tapi di belakang layar bertransaksi menjual aset strategis bangsa dan menciptakan kebijakan yang merugikan rakyat Indonesia. Pemimpin kita terlahir dari politik uang (politik transaksional). Mereka menggunakan dana besar untuk meminang suara rakyat.
Kelebihan buku ini adalah dengan jelas mendeskripsikan teori-teori kepemipinan, motivasi, perilaku dan memenejemen organisasi, bahkan dengan jelas diuraikan kasus perusahaan besar dunia yang failit dikarenakan keserakan pimpinan sangat detail dan gamblang. Buku ini cocok untuk semua orang yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin, baik  pemimpin organisasi swasta dan juga pimpinan  Publik.
Akhir kata, demikian  review yang bisa penulis uraikan, buku ini sangat bermanfaat bagi  penulis pribadi dan pembaca, khususnya di kalangan civitas akademika  DAP UNDIP untuk bangkit menggali kembali khasanah teori-teori kepemimpinan dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam, penulis yakin teori yang diuraikan  dalam  buku ini, akan berkontribusi terhadap pengelolaan Birokrasi Indonesia. Demikian, terima kasih.

SUMBER BACAAN



RESENSI
By. Titi Darmi

gurus
on




Leadership
    Mark A Thomas



                                                                               
THOROGOOD



Sekilas tentang Mark Thomas
Mark Thomas adalah konsultan bisnis internasional, penulis dan narasumber/pembahas yang mengkhususkan diri dalam perencanaan bisnis, mengelola perubahan, manusia pengelolaan sumber daya dan pengembangan eksekutif. Sebelum menjadi Senior Partner dengan Manajemen Dynamics Kinerja Konsultan ia bekerja selama beberapa tahun dengan Price Waterhouse di London, di mana ia menyarankan pada dunia bisnis dan perubahan organisasi, menghadapi masalah yang timbul perlu manajemen  strategis baik di sektor swasta dan organisasi publik.  Pengalaman  dan bisnis konsultasi telah membuat perubahan organisasi terutama manajemen strategis, merger dan akuisisi dan restrukturisasi.
Kegiatan bisnisnya saat ini meliputi manajemen perubahan strategis dan fasilitasi perencanaan bisnis dan acara tim top. Dia secara teratur desain, memimpin dan memfasilitasi sesi tim teratas di berbagai masalah perencanaan bisnis dan inisiatif - re-organisasi, perubahan program dan merger. Selain itu ia berhasil seluruh rangkaian kepemimpinan dan pengembangan organisasi inisiatif eksekutif yang mendukung perubahan organisasi yang lebih luas - ini termasuk program kepemimpinan dan pembinaan eksekutif. Dia adalah anggota Asosiasi Fakultas di Tias Business School di Belanda, MCE di Brussels dan Suez Corporate University.
Pengalaman konsultasi Markus sudah termasuk bekerja sama dengan perusahaan perusahaan multinasional dan global utama seperti: Lloyds TSB Aset Manajemen, Motorola, Barclays Capital, ECB, Reuters, Cisco, Sony, HSBC, Sun International, Forte, Coca Cola, Mars, Nestle, Aramex, Philip Morris, Oxford University Press, C & A, Sara Lee, Shell, Schroders, Union Bank of Switzerland, Alcatel, NCR, Amerika, Asosiasi Manajemen, Alcoa, Aspect Telekomunikasi, Autodesk dan Logica. Berbasis di London, Mark bekerja di seluruh dunia - dia telah bekerja di lebih dari 40 negara yang berbeda, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Denmark, Singapura, Australia, UEA, Turki dan Rusia. tambahan lagi untuk konsultasi dan pengembangan karyanya Mark adalah konferensi dan seminar speaker sering pada bisnis, organisasi dan manusia
masalah sumber daya.
Mark adalah anggota dari Inggris Chartered Institute of Personalia dan Pembangunan.

Publikasi bukunya lainnya meliputi:
·      Kinerja Keterampilan Consulting Tinggi - (Thorogood, 2003)
·      Keterlaluan Peran Manajemen Anda - Membuat Transisi
·      Consultant internal (Butterworth Heinemann, 1996)
·      Merger dan Acquisitions- Menghadapi Organisasi dan
Masalah orang. Sebuah laporan khusus (Thorogood, 1997)
·      Keterampilan Project (Butterworth Heinemann, 1998)
·      Magister Manajemen Rakyat (Thorogood, 1997)
·      The Shorter MBA (Admiral Inn, 1991), edisi kedua (Thorogood, 2004)
Dia bisa dihubungi di
www.performancedynamics.org





A.      PENGANTAR
Tulisan ini tentang  Kepemimpinan  Gurus  yang berjudul “Gurus on Leeadership” , 2006,  yang ditulis  Mark Thomas.  Buku ini mengambarkan kepemimpinan masa lalu dan pemikiran kepemimpinan saat ini beserta kasus-kasus yang terjadi di perusahan besar dunia, yang failit akibat amoral pimpinanya, sehingga menggangu keuangan negara. Mark Thomas menjelaskan  filosofi Pimpinan sebagai  orang yang  menginspirasi, memotivasi yang akan merubah pola pikir  dalam meningkatkan kapasitas yang dipimpinanya dalam mencapai visi misi organisasi.  Buku ini juga memberikan gambaran secara umum gaya kepemimpinan, peran pemimpin, apa yang harus dimiliki pimpinan dalam kemajuan organisasi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai dan mempunyai integritas yang tinggi.

B.       Mark Thomas Mendeskripsikan tentang Kepemimpinan
GAYA KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
PERAN KEPEMIMPIAN
BAGAIMANA ANDA MEMIMPIN ?
 











Kepemimpinan itu memliki:
1.      Pengetahuan
2.      Keterampilan

  Apa yang anda lakukan sebagai     Pimpinan



Gambar 1 : Model Kepemimpinan Menurut Mark Thoma
Pertama, Mark Thomas, dalam  tulisannya menceritakan skandal-skandal perusahaan besar di Negara Eropa  diantaranya perusahaan Enron, WorldCom, Rite Aid, Tyco, ImClone Systems, global Crossing dan Computer Associates. Perusahan ini perusahan besar yang memiliki asset yang banyak, memiliki keunggulan yang sangat tinggi, mempunyai karyawan yang kompotitif, sebagai pusat bisnis, sebagai nara sumber diseluruh dunia, memiliki daya saing yang tinggi, mempunyai imbalan kerja di atas rata-rata.  Akan tetapi Organisasi  perusahaan tersebut di atas bangkrut dalam sekejap. Semua ini disebabkan  tidak hanya penyimpangan keuangan saja, tetapi juga disebabkan keserakahan berlebihan dan kesombongan oleh para pemimpinnya dan gaya kepemimpinan perusahan yang amoral dan tidak  memiliki integritas.
Nama-nama pimpinan yang terlibat skandal disebutkan oleh mark diantaranya adalah Sotheby, Christi, Sir Anthony Tennant, mantan CEO Christopher Davidge,. Lehman Brothers, Goldman Sachs, Bear Stearns, Merrill Lynch, Credit Suisse First Boston, Morgan Stanley, JP Morgan Chase dan Deutsche dll, nama-nama ini diantara pimpinan yang mengelola perusahan yang mengakibatkan goyangnya keuangan negara Amerika dan Eropa. Fenomena skandal ini membuat  Gedung Putih dan Kongres meradang, Presiden Bush dan anggota legislatif menganjurkan perubahan besar dan regulasi yang ketat  untuk menempatkan perusahaan tanggung jawab di bagian atas agenda politik. Bush menyatakan bahwa perusahaan Amerika harus mengerti bahwa ada panggilan yang lebih tinggi dari apapun  demi negara.
Mark Thomas menggambarkan krisis kepemimpinan. Dengan detail memimpin organisasi besar yang  berkualitas, ambisi, tekad, pikiran tunggal dan unik rasa ketajaman bisnis sangat urgen. Akan tetap lebih dari itu pimpinan harus memiliki moral yang tinggi serta integritas, pengalaman menunjukan  kegagalan perusahaan di sebabkan keserakahan perilaku pemimpinan. Faktor fundamentalnya  adalah nilai-nilai, integritas, keadilan dan kejujuran yang tidak dimiliki. Sebaliknya kita sering melihat ego besar, penyalahgunaan kekuasaan, bersama-sama dengan perilaku egois. Dalam beberapa kasus ada strategi kepemimpinan yang jelas bullying dan intimidasi. Hasilnya adalah krisis kepemimpinan banyak bermunculan dalam organisasi baik swasta mapun organisasi publik.
            Kedua, Kasus-kasus di sector Publik, menggambarkan bahwa ketidakpercayaan  masyarakat  kepada  pimpinan, terlihat dari rendahnya partispasi  masyarakat dengan tidak mengikuti proses pemilu yang dilaksanakan.  Tren yang mengkhawatirkan ini berdampak sikap apatis massa yang
pemilih merasa terhadap politisi dan proses politik.
 
Bahkan di sektor publik dan pelayanan sipil, yang begitu lama dirasakan
integritas dan tanggung jawab nilai, telah menunjukkan masalah yang sam
a,. di
Inggris kita telah menyaksikan skandal politik yang terkait dengan
Komisaris standar parlemen Elizabeth Firkin yang pada tahun 1999
itu mungkin lebih bersemangat dalam meninjau klaim biaya beberapa politisi '
dan kegiatan usaha ekstrakurikuler mereka.
 Tindakn pimpinan tertentu dalam mempekerjakan  anggota keluarga dan  tidak mengikuti prosedur dengan benar, Hal ini,  ditolak oleh Anggota Parlemen pada komite standar.
Dalam tulisan ini juga mark  menceritakan tentang skandal pimpinan dalam mengelola negaranya, misalnya, mantan Menteri Transportasi Stephen Byers, melakukan tindakan  kolusi dan suap.   Ada lagi kesalahan pimpinan  dalam kebijakan/pengangambilan keputusan terhadap  Perang Irak,  publik  protes, karena  kegagalan pimpinan dalam  pemerintah Inggris untuk mengambil tanggung jawab tindakan tersebut. Kemudian, kasus lainya,  kepemimpinan politik di Ingris  bereloborasi dengan rumah sakit yang melakukan mall praktik, yang membuat kemarahan masyarakat. Tindakan kepala eksekutif dari rumah sakit, Temuan-temuan dari penyelidikan terjadi perselingkuhan di dalam pengadilan. Kesemua kasus tersebut selayaknya pemerintah dalam hal ini pimpinan tertinggi harus memiliki tanggungjawab penuh.
Di institusi Kepolisian juga terdapat ketidakadilan dan deskriminasi ras atas tindak criminal. Pimpinan Kepolisian dianggap menantang bahaya yang berakibat bergejolak ditengah masyarakat. Sementara itu, pimpinan kepolisian tetap melakukan penganggaran biaya untuk pengembangan kapasitas anggotanya untuk berperilaku   sesuai nilai-nilai yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan, biaya yang dikeluarkan Negara  untuk meningkatkan kapasitas SDM hasilnya tidak sesuai ekspektasi publik.
Mark dalam bukunya mempertegas bahwa kepemimpinan sejati, sangat penting memiliki nilai-nilai seperti integritas dan keadilan  bagi seorang pemimpin, baik itu  seorang Chief Executive, pemimpin politik, manajer pabrik atau tim rumah sakit. Tapi persepsi yang sering yang diberikan bahwa banyak pemimpin perusahaan yang semata-mata berkaitan dengan egois  dan mementingkan golongannya,  pimpinan jangan hanya berkeinginan  untuk meningkatkan  harga saham perusahaan mereka di waktu  sesingkat mungkin, akan tetapi pimpinan penting memikirkan dampak yang baik dari semua aspek.
Lebih lanjut Mark mengatakan pada umumnya Organisasi Publik dan Organisasi swasta, mempunyai masalah yang sama yang mencerminkan perilaku pimpinan yang buruk dan  meningkari janji mereka. Dijelaskan juga misalnya  Presiden Clinton yang dipestakan oleh jutaan  orang sebagai pemimpin besar namun ia jelas menyesatkan  America orang tentang  perilakunya  selama scandal- Lewinsky tetapi tampakny, dianggap biasa saja oleh para pemimpin politik tidak berbeda dengan kita semua dalam melakukan kecerobohannya  dan perilaku itu  adalah bagian dari kehidupan.  Timbul pertanyaan apakah pemimpin yang  mengucapkan janji pada orang lain memiliki kewajiban untuk setidaknya memenuhi rasa kehormatan. Dalam dunia politik pemimpin kita jarang  berusaha untuk memenuhi janjinya kepada masyarakat. Dijelaskan,  Tony Blair shock selama pemilu terakhir ketika disajikan dengan kemarahan seorang wanita, yang meminta layanan rumah sakit karena suaminya menderita kanker tidak mendapatkan layanan di rumah sakit dengan baik.

Mark menjelaskan tentang kepemimpian menurut para tokoh-tokoh dunia. Salah satu kunci keberhasilan kepemimpinan menurut Warren Bennis adalah:" Pemimpin masa depan akan membutuhkan semangat untuk pembelajaran yang berkelanjutan, yang halus, telinga cerdas bermoral dan etika konsekuensi dari tindakan mereka dan memahami tentang tujuan kerja organisasi. "
Seorang pemimpin dapat memberi contoh dan memiliki kepekaan,  pemimpin yang bersedia untuk menggunakan hati nurani mereka dalam melayani  masyarakat.  Menuurut Dr Pendeta Martin Luther King  pimimpin ada: "Seseorang yang bisa mengambil keputusan pada  saat ketika seseorang harus mengambil posisi yang tidak aman, atau tidak  populer, tapi dia tetap mengambil keputusan  karena  menurut hati nuraninya mengatakan itu benar. "
Profil Kepemimpinan Para Tokoh dan Karyanya
John Adair - Aksi Centred Leadership (ACL) John Adair saat ini dinilai sebagai pakar terkemuka dunia dalam bidang kepemimpinan dan pengembangan kepemimpinan. Ia telah menulis 30 buku mengenai kepemimpinan dan tercatat sebagai salah seorang dari 40 orang di dunia yang memberi kontribusi terbesar pada pengembangan pemikiran dan praktik manajemen.
            John Adair yang duduk di Sekolah St. Paul, telah menjalani karier yang beragam yang  penuh warna. Ia mengabdi sebagai ajudan pada resimen Badui dalam Legiun Arab, bekerja sebagai kelasi kapal pukat di Kutub Utara, dan pernah bekerja di rumah sakit. Setelah lulus dari Cambridge, ia menjadi Dosen Senior dalam Sejarah Militer dan Penasihat Pelatihan Kepemimpinan di Akademi Militer Kerajaan, Sandhurst, kemudian menjadi Direktur Kajian yang pertama di Gedung St. George, Kastel Windsor, dan Direktur Luar Biasa di Masyarakat Industri. Ia menjadi professor pertama di dunia dalam bidang Studi Kepemimpinan di Universitas Surrey. Ia juga membantu mendirikan Pusat Pendidikan Kepemimpinan pertama di Eropa di Universitas Exeter. Saat ini, John Adair adalah penasihat pengembangan kepemimpinan nasional dan internasional. Buku-bukunya yang terbaru, antara lain Not Bosses But Leaders, The Inspirational Leader, dan How to Grow Leaders, Ia menjadi Profesor pertama di dunia Studi Kepemimpinan di Universitas Surrey.
Adair mempopulerkan model kepemimpinan yang dikenal dengan  Model ACL. Adair mendefinisikan kepemimpinan dalam tiga konsep “Task, Team, and Individual” dalam lingkaran saling terkait, sehingga merupakan satu kesatuan konsep ACL (Action-Centered Leadership); dan menyatakan “… leadership is about teamwork, creating teams. Teams tend to have leaders, leaders tend to create teams”. Adair berkeyakinan bahwa working groups atau teams akan memberikan tiga kontribusi pada pemenuhan kebutuhan bersama, berupa “the need to accomplish a common task, the need to be maintained as acohesive social unit or team, and the sum of the groups’s individual needs”
Warren Bennis (Los Angeles, CA), lahir pada tahun 1925, adalah seorang sarjana Amerika, konsultan organisasi dan penulis yang secara luas dianggap sebagai pelopor bidang kontemporer kepemimpinan. Bennis adalah Profesor Universitas dan Distinguished Profesor Administrasi Bisnis dan Pendiri Ketua The Leadership Institute di USC. Pada tahun 2007, BusinessWeek menyebutnya salah satu dari sepuluh profesor sekolah bisnis yang memiliki pengaruh terbesar pada pemikiran bisnis. Warren Gamaliel Bennis (lahir 8 Maret 1925) adalah seorang sarjana Amerika, konsultan organisasi dan penulis, secara luas dianggap sebagai pelopor bidang kontemporer studi Kepemimpinan. Bennis adalah Profesor Universitas dan Distinguished Profesor Administrasi Bisnis dan Pendiri Ketua The Leadership Institute di University of Southern California. Karyanya di MIT pada tahun 1960 pada perilaku kelompok meramalkan  dan membantu mewujudkan . Saat ini menjadi kurang hirarkis, lebih demokratis dan lembaga adaptif, swasta dan publik.
Warren Bennis menulis tentang perbedaan penting antara beberapa pemimpin dan manajer sebagai berikut:  Leader melakukan inovasi, sedangkan manajer mengelola. Ini berarti bahwa seorang leader atau pemimpin adalah orang yang datang dengan ide-ide baru dan menggerakkan seluruh organisasi ke dalam fase berpikir untuk maju. Orang ini harus terus-menerus  mengembangkan strategi-strategi dan taktik baru . Dia harus memiliki pengetahuan tentang tren terbaru, penelitian, dan keahlian. Di sisi lain, manajer mempertahankan apa yang telah ditetapkan. Orang ini harus mempertahankan kontrol dan mengatasi gangguan dalam organisasi yang mungkin ada.
Leader menginspirasi sementara manajer bergantung pada kontrol. Seorang pemimpin adalah seseorang yang menginspirasi orang lain untuk menjadi yang terbaik dan tahu cara yang tepat mengatur tempo serta kecepatan untuk seluruh kelompok. Kepemimpinan adalah bukan apa yang Anda lakukan-tetapi apa yang orang lain lakukan sebagai respon dari Anda. Jika tidak ada yang  muncul di barisan Anda, maka Anda bukanlah  seorang pemimpin.
Pemimpin bertanya “what” dan “why,” sedangkan manajer bertanya “how”. Untuk bertanya apa  dan mengapa Anda harus mampu mempertanyakan mengapa orang lain melakukan tindakan-tindakan tertentu yang terjadi. Kadang-kadang ini mengharuskan Anda menantang atasan. Ini berarti bahwa mereka mampu stand up untuk manajemen ketika mereka berpikir sesuatu  yang perlu dilakukan bagi perusahaan. Pemimpin tidak selalu benar tentunya.
Warren Bennis, dikenal luas sebagai guru kepemimpinan modern, mengidentifikasi enam kualitas personal adalah sebagai berikut : 1) Integritas Integritas berarti penyatuan kata-kata dan tindakan didalam nilai-nilai diri. Artinya lekat dengan nilai-nilai ini sekalipun cara alternatif lebih mudah atau menguntungkan; 2) Dedikasi Dedikasi berarti menggunakan waktu dan energi pada tugas yang harus diselesaikan daripada memberikan waktu yang bisa Anda luangkan: 3) Berbudi luhur. Seseorang yang murah hati memberikan kredit pada saat yang tepat. Juga berarti menjadi ramah dalam mengalahkan dan memungkinkan orang lain yang dikalahkan untuk mendapatkan martabat mereka; 4) Kerendahan hati. Kerendahan hati kebalikan dari arogansi dan narsisme. Artinya mengakui bahwa Anda tidak mewarisi superioritas dan konsekwensinya mereka tidak rendah diri di depan Anda. Tidak berarti mengecilkan maupun mengagungkan diri Anda sendiri; 5) Keterbukaan, Keterbukaan artinya mampu mendengarkan ide-ide yang ada diluar model yang ada, mampu menangguhkan penilaian setelah seseorang mendengar pendapat orang lain; 6) Kreatifitas, Kreatifitas berarti berpikir secara berbeda, mampu keluar dari kotak dan melihat sudut pandang baru atau yang berbeda atas sesuatu.
Salah satu usaha yang terkenal dalam rangka mengidentifikasikan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam management ahíla managerial gris. Usaha ini dilakukan oleh Robert R. Blake dan Jane S. Mouton. Dalam pendekatan managerial grid ini, manager berhubungan dengan dua hal, yakni produksi di satu pihak dan orang-orang dipihak lain. Sebagaimana dikehendaki oleh Blake dan Mouton, managerial grids disini ditekankan bagaimana manager memikirkan mengenai produksi dan hubungan verja dengan manusianya.
Menurut Blake dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrim, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan ditengah-tengah gaya ekstrims tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial gris itu antara lain sebagai berikut: 1) Gris 1. manager sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengan dirinya, dan produksinya yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manager dalam gris ini menganggap dirinya sebagai perantara yang hanya mengkominikasikan informasi dari atasan lepada bawahan; 2) Gris 2. Manager mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksinya maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia mencoba merencanakan semua usaha-usahanya dengan senantiasa memikirkan dedikasinya pada produksi dan nasib orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Manager yang termasuk gris ini dapat dikatakan sebagai “manager tim” yang riel (the real team manager). Dia mampu untuk memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan kebutuhan=kebutuhan orang-orang di organisasinya; 3) Gris 3. Ini gaya kepemimpinan dari manager, ahíla mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah. Manager semacam ini sering dinamakan pemimpin club (the Country club management), Manajer ini berusaha menciptakan suasana lingkungan yang semua orang bias bekerja rilek, bersahabat, dan bahagia bekerja dalam organisasinya. Dalam suasana seperti ini tidak ada satu orang pun yangmau memikirkan tentang usaha-usaha koordinasi guna mencapai tujuan organisasi; 4)Grid 4. Ini kadangkala manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas secara otokratis (autocratictask managers). Manager semacamini hanya maua memikirkan tentang usah peningkatan efisiensi pelaksanaan verja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya.dan lebih dari itu gaya kepemimpinannya lebih menonjolkan otokratisnya; 5)  Gris 5. Dalam hal ini manager mempunyai pemikiran yang médium baik pada produksi maupun pada orang-orang. Dia berusaha mencoba menciptakan danmembina moral orang-orang yang bekerja dalam organisasi yang di pimpinnya, dan produksi dalam tingkat yang memadai, tidak terlampau mencolok. Dia tidak menciptakan target terlampau tinggi sehingga sulit dicapai, dan berbaik hati mendorong orang-orang untuk bekerja lebih baik. Kelima gris tersebut bermanfaat untuk mengetahui dan mengenal macam-macam gaya kepemimpinan seorang manager.
Sementara itu tokoh berikutnya adalah Dr. Ken Blanchard dan Dr. Paul Hersey yang terkenal dengan gagasanya adalah Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, dalam  buku  Management of Organizational Behavior.  Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”. Sampai kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey – mengembangkan  Situational Leadership Model dan Blancard – mengembangkan Situational Leadership Model I.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan  situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
GM. Peter Drucker menerbitkan buku berikutnya "The Practice of Management" pada tahun 1954. Total buku yang ditulisnya sebanyak 35 buah. Temanya tentang manajemen, kepemimpinan, dan kemanusiaaan. Manusia adalah asset, bukan alat ! Perusahaan harus menghargai manusia, bukan memerasnya. Produk adalah satu-satunya aset yang harus diperas. Berikutnya buku tentang manajemen dan kepemimpinan yang pernah ada dan yang ditulis saat ini, jika ditelusuri lebih lanjut akan mengarah ke kedua buku Drucker ini. Concept of management dan Practice of management.
Management by objective atau MBO pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Prosesnya juga berjalan dengan nama-nama lain termasuk “manajemen berdasarkan sasaran”,”manajemen berdasarkan hasil” atau “management by result”, goals management”, work planning and review”,”goals and controls”,”jons terget setting”,”dan sebagainya. Walaupun menggunakan nama-nama yang berbeda prosesnya adalah sama. MBO telah berkembang sangat terkenal, terutama dalam organisasi-organisasi besar. Pada hakekatnya MBO menekankan pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan efektif.
MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipasi, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan, MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan.
MBO mulai dikenal sekitar tahun 60an dan lebih efektif diterapkan dalam sektor swasta. Melihat kaidah MBO sangat populer disektor swasta akhirnya menggerakkan Morrisey membuat penyesuaian MBO ke sektor pemerintahan dengan menanamkan MOR (Management by Objective and Results) .
Fred Fiedler - Teori kontingensi Pria Fred Edward Fiedler lahir di Wina, Austria pada 13 Juli 1922. Fiedler adalah nama yang diakui secara global dalam bidang akademik psikologi dan kepemimpinan. Model kontingensi Fiedler adalah kepemimpinan teori Psikologi Industri dan Organisasi yang dikembangkan oleh Fred Fiedler (lahir 1922), salah satu ilmuwan terkemuka yang membantu bidangnya bergerak dari penelitian sifat-sifat dan karakteristik pribadi pemimpin untuk gaya kepemimpinan dan perilaku. Teori kontingensi memungkinkan untuk memprediksi karakteristik situasi yang tepat untuk efektivitas. situational control: Tiga komponen situasional menentukan atau situasional favourableness control; 1) Leader-Member Relations, mengacu pada tingkat saling percaya, menghormati dan kepercayaan antara pemimpin dan bawahan.; 2) Tugas Struktur, merujuk pada sejauh mana tugas-tugas kelompok jelas dan terstruktur; 3) Posisi pemimpin Power, mengacu pada kekuasaan yang melekat pada posisi pemimpin itu sendiri.
Ketika ada seorang pemimpin yang baik hubungan anggota, tugas yang sangat terstruktur, dan posisi pemimpin yang tinggi kekuasaan, situasi ini dianggap sebagai "situasi yang menguntungkan. Fiedler menemukan bahwa para pemimpin LPC rendah lebih efektif dalam sangat menguntungkan atau situasi yang tidak menguntungkan, sedangkan para pemimpin LPC tinggi performa terbaik dalam situasi dengan tingkat favourability.
Dibagian lain Mark juga menganalisis Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan  peribadi  apapun yang dimiliki pemimpin.
Fred Fiedler  dengan teori konteginsinya mengatakan bahwa efektivitas suatu  organisasi tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan situasi. Menurut Fiedler ada 3(tiga) unsur dalam situasi kerja untuk menentukan gaya kepemimpinan, yaitu : 1) Hubungan pimpinan dengan anggota; 2) Struktur tugas; 3) Posisi kekuasaan pemimpin (formal). Untuk menjadi pemimpin yang paling efektif, manajer harus menyesuaikan gaya-gaya kepemimpinannya dengan situasi yang ada. Menurut Fiedler, situasi terbagi 2(dua), yaitu : Situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Pada kedua situasi tersebut, yaitu menguntungkan dan  tidak menguntungkan pada titik ekstrim maka penggunaan gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas akan efektif, namun bila situasi menguntungkan tersebut hanya pada titik moderat, maka gaya kepemimpinan hubungan karyawan akan sangat efektif. Apabila pemimpin mempunyai keterbatasan kemampuan untuk merubah gaya kepemimpinannya maka situasinya harus diubah atau pemimpin harus dipilih yang gayanya cocok dengan situasi yang ada.
Dalam bagian lain dalam bukunya Mark juga menjelaskan teori Emotional Intelligence (EQ) yang dikembangkan oleh  Daniel Goleman. Daniel Goleman untuk pertama kalinya membawa istilah emotional intelligence untuk khalayak luas 1995, dan pertama kali diterapkan Goleman konsep untuk bisnis dengan artikelnya 1998 di Harvard Business Review. Dalam penelitiannya di hampir 200 besar, perusahaan global, Goleman menemukan bahwa kualitas tradisional dikaitkan dengan kepemimpinan seperti kecerdasan, ketangguhan, tekad dan visi yang diperlukan untuk sukses, tidaklah cukup. Pemimpin yang efektif menurut Goleman dibedakan oleh tingkat tinggi kecerdasan emosional, yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.
Setiap pelaku bisnis menyadari suatu anggapan bahwa pentingnya memiliki intelligent tinggi, skill yang tinggi dalam menjadi seorang leader. Namun perlu juga kita sadari betapa pentingya emotional intelligence. Seorang pemimpin yang baik, tentunya harus menyadari akan pentingnya memiliki kesadaran yang tinggi tentang apa yang disebut emotional intelligence. Bukan berarti bahwa IQ dan technical skill tidak penting atau tidak relevan. Keduanya merupakan modal dasar sebagai seorang pemimpin, namun emotional intelligence tidak kalah pentingnya. Bahkan, terdapat hubungan yang erat antara emotional intelligence yang dimiliki seorang pemimpin dan keefektifan performa kinerja. Dari hasil temuan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara  emosional intelligence dan performa yang efektif, terutama pada pemimpin. Dan akan dipaparkan bagaimana emotional intelligence sangat berperan dalam kepemimpinan organisasi. Emotional intelligence memainkan peran penting dalam level tertinggi sebuah perusahaan, di mana perbedaan pada technical skills sudah tidak terlalu penting. Semakin tinggi tingkatan seseorang, semakin perlu emotional intelligence capabilities ditonjolkan sebagai alasan keefektifan pemimpin. Emotional intelligence tidak hanya menciptakan seorang pemimpin yang luar biasa, tetapi juga berhubungan dengan performa yang kuat.
Dibagian lain Mark juga menjelaskan, agar individu yang kompeten dan berkomitmen perlu dukungan dan strategi kepeimpinan diantaranya adalah: 1)  Directive. Memberikan individu instruksi yang jelas dan arah tentang
 bagaimana, kapan dan di mana dalam  melakukan pekerjaan-pekerjaannya; 2) Mendukung. Mendengarkan dan mendorong keterlibatan orang lain dalam pemecahan masalah
Mark juga berpendapat ketidakmampuan kepemimpinan disebabkan: 1) Keengganan untuk menggunakan wewenang - yang dapat mengakibatkan baik dalam menghindari situasi konflik atau konstan; 2. Tirani bawahan yang disebabkan oleh serangkaian terlalu abrasif perilaku; 3) Micro-manajemen dan obsesi dengan detail; 4) Terlalu politis bermain game. Mark juga menjelaskan tentang kepemimpinan yang efektif: 1) Mencapai target visi organisasi tanpa henti dengan mengelaborasi ketidakpuasan dengan pendekatan tradisional; 2) Pemimpinan dan anggota organisasi memiliki kesadaran untuk melaksanakan  strategis organisasi  dengan cara menjalankan peran dan tugas masing-masing; 3) Pimpinan memberikan penghargaan yang tulus kepada anggota oragnisasi yang memberikan kinerja dengan baik; 4) menekan keselarasan antara emosional dan nilai-nilai lintas budaya dalam menerapkan keterampilan; 4) Pimpinan berkomitmen dalam mengembangkan kapasitas anggota organisasinya.  Sebuah komitmen terhadap pendidikan.
Mark juga menjelaskan manajemen tentang mengatasi kompleksitas, kepemimpinan dengan cara mengolah perubahan. Pemimpin, menurutnya, melibatkan orang lain dan berusaha untuk meningkatkan harga diri. Pemimpin transformasional yang proaktif, meningkatkan kesadaran pengikut untuk kepentingan kolektif transenden, dan pengikut membantu mencapai tujuan yang luar biasa.
Berikutnya Mark mendifinisikan 7 perilaku kepemimpinan : 1) Pimpinan memutuskan dan mengumumkan keputusan yang telah diambil; 2)  Setelah mengambil keputusan maka pimpinan menjual keputusan tersebut sesuai dengan visi; 3) Keputusan yang diambil pimpinan melakukan presentasi atau diskusi kepada para anggota organisasinya; 4)  Pimpinan memutuskan alternative-alternatif keputusan dengan melakukan kajian-kajian dengan anggota organisasi; 5)  Pimpinan memberikan masalah-maslah yang dihadapi, didiskusikan lalu mengambil keputusan bersama dengan melihat dari beberapa aspek; 6) Pempinan menjelaskan kondisi yang ada dan menjelaskan target capain lalu diambil keputusan bersama dengan pertimbangan; 7) Pimpinan mengindentifikasi permasalahan, mengembangkan pilihan lalu beraksi, semua line bertanggung jawab dengan keputusan, pimpinan mengawasai dan mengevaluasi.
Mark juga menjelaskan gaya kepemimpinan klasik  dari  Tannenbaum dan Schmidt, gaya kepemimpinan klasik terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).
Mark juga menyinggung teori kebutuhan  dan harapan yang digagas oleh Abraham Maslow adalah bahwa kebutuhan tertentu adalah bagian fundamental dari sifat manusia. Nilai, kepercayaan dan adat istiadat mungkin berbeda
dari satu negara ke negara dan kelompok, tetapi semua orang-orang yang berpendapat
memiliki harapan dan kebutuhan yang sama. Pentingnya, Pemimpin memahami
kebutuhan ini karena motivasi yang melekat mereka
dalam mencapai harapan-harapan tersebut.  Maslow menegaskan bahwa kebutuhan manusia yang lebih tinggi, apa yang disebut aktualisasi diri, hanya diekspresikan setelah kebutuhan tingkat yang lebih rendah tertentu motivasi terpenuhi atau terpenuhi.  Seperti dalam gambar di bawah ini:























            Berikutnya Mark juga mengambarkan Teori X dan Y yang digagas oleh Douglas McGregor - Teori X dan Teori Y man. Douglas McGregor lahir pada tahun 1906 dan  sebagian besar hidupnya bekerja di dunia akademik. Ia belajar pertama di Universitas Antioch tapi dari 1954 sampai kematiannya pada tahun 1964 ia bekerja di Massachusetts Institute Teknologi, di mana ia adalah Profesor Manajemen. Dia adalah seorang tokoh sentral dalam Human Relations Sekolah yang mulai berkembang pada akhir 1950-an dan 1960-an.
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori X dapat anda baca di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa yang anda butuhkan.
Jelas, asumsi Teori Y mencerminkan pandangan dasarnya optimis sifat manusia. Ia melihat potensi yang tak terbatas pada orang untuk  pribadi dan pertumbuhan organisasi. Sebaliknya, Teori X merupakan statis dan pandangan pesimistis individu. Mereka harus didorong keras untuk melakukan sesuatu.
            Lebih lanjut Mark juga menjelaskan teori motivasi dari  McClelland ini terutama dikenal untuk karyanya pada motivasi berprestasi, tapi kepentingan penelitian juga meluas ke aspek lain dari kepribadian manusia dan kesadaran. Dia memelopori motivasi berpikir di tempat kerja dan termengembandapat teori motivasi yang unik. Teori kebutuhan McClelland menyatakan bahwa pencapaian, kekuasaan/kekuatan dan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang dapat membantu menjelaskan motivasi. Kebutuhan pencapaian merupakan dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, dan berjuang untuk berhasil. Kebutuhan kekuatan dapat membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya, dan kebutuhan hubungan merupakan keinginan antarpersonal yang ramah dan akrab dalam lingkungan organisasi.
McClelland  mengemukakan  bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi  ini dilepaskan dan  dikembangkan tergantung pada kekuatan  atau dorongan  motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Teori motivasi prestasi ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu; 1) Kebutuhan akan Prestasi; 2) Kebutuhan Kekuasaan; 3) Kebutuhan Afiliasi. McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik dan sikap motivasi prestasi menurut Mcclelland adalah : a) Pencapaian adalah lebih penting daripada materi; b) Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan; c) Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).
Dari jabaran pendapat  di atas Mark menyimpulkan pentingnya mempelajari kepemimpinan secara serius agar organisasi dapat bekerja dengan optimal. Kepemimpinan bukan hanya berbicara tentang cakupan kekuasaan, mendapatkan untug yang tinggi akan tetapi kepemimpinan  memiliki  kemampuan pemimpin untuk memberikan keteladanan bagi orang-orang di sekitarnya. Baik hidup dalam konteks memimpin dalam sebuah organisasi maupun memimpin di luar organisasi. Kepemimpinan dapat  menginspirasi untuk mewujudkan visi bersama dan  melakukan proses-proses sesuai ketentuan dan nilai yang ada di sekitar organisasi tersebut.
Seorang pemimpin teladan dapat tetap berdiri dengan kokoh menantang angin resistansi yang hendak menggoncangnya. pemimpin harus menemukan nilai-nilai yang penting baginya, dan motivasi yang mendorongnya untuk bertindak. Kejelasan nilai-nilai ini memberikan kompas moral untuk mengarahkannya setiap hari . Ternyata pemimpin tidak cukup menemukan nilai-nilai yang dianutnya, ia juga harus menemukan “apa yang diyakini oleh komunitasnya.”  Pemimpin tidak dapat memaksakan nilai-nilainya untuk diterima oleh orang yang ada dipimpinannya. Ini penting untuk membangun hubungan kerja yang orisinal dan produktif.
Seorang pemimpin memiliki kemampuan melihat keberhasilan yang lebih baik untuk masa depan atau yang disebut “visi.” Visi sang pemimpin telah dan harusnya menarik perhatian banyak orang untuk terlibat di dalamnya. Dengan  kata lain pemimpin teladan  tidak menarik segala sesuatu kepada dirinya, tetapi ia memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pada bagian ke 3 Mark menceritakan Beberapa pemikiran tentang kepemimpinan dan cara  mengelolanya.  Bagian ini mennguraikan  kutipan-kutipan  lain, daftar dan  ide-ide konsep manajemen dan kepemimpinan para tokoh dunia. Menceritakan kesulitan yang dihadapi pimpinan, atribut dan kualitas kepemimpinan, pimpian dan perubahan, sampai dengan memberikan tips untuk menjadi pimpinan yang luar biasa, cara pimpinan menerapkan aturan yang berdampak positif,  bagian tiga juga menceritakan  pimpinan, bagaimana tips    mengatasi kekacauan dalam organisasi, menjelaskan bagaimana dengan kemurahan hati, dan kebesaram  jiwa seorang  pimpinan dunia, misalnya,  Nelson Mandela, dapat menginspirasi semua orang. Bagian 3 juga menceritakan dan mengkonritkan rencana agar sesuai dengan  tujuan . semua ini untuk merangsang pemikiran dan  ide-ide dan untuk merefleksikan  gaya kepemimpinan dapat di baca di halaman 131 sampai dengan 141.
Perspektif  Mark terhadap gaya kepemimpinan beberapa tokoh di dunia seperti dalam table di bawah ini:
Pemimpin Karismatik
Pemimpin Otokratis/Asertif
Pemimpin Demokratis
General De Gaulle
Margaret Thatcher
John Major
Mrs Gandi
Francois Mitterrand
Bill Clinton
John F Kennedy
Richard Nixon
George Bush Snr
General Franco
V. Giscard d’Estaing
Anita Roddick
Bill Clinton
George W Bush
Richard Branson
Napoleon
Lou Gerstener
Lucianno Bennetton
Jack Welch
Alex Ferguson
John Brown
Richard Branson
Robert Maxwell
David Sainsbury
Ronald Reagan
John Birt
Sir John Harvey Jones
Mikhail Gorbachev
Vladimir Putin

Winston Churchill
Lord King

Ataturk
Sir Richard Greenbury

Bill Gates
Al Dunlap

Lee Iacocca
Tony Blair

Sir John Harvey Jones


John Chambers


Elliot Spitzer


Nelson Mandela


Mahatma Ghandi



            Bagian ke 4 buku ini menguraikan pendapat dari sejumlah tokoh dunia tentang kepemimpinan dunia bisa  dibaca  pada  halaman 157 sampai dengan 164, dari bagian terakhir refrensi yang berkaitan dengan gurus on leadership ada pada  lampiran di halaman akhir buku ini.

C.  ANALISIS
Kasus-kasus yang diuraikan oleh Mark  dalam bukunya,  baik di organisasi swasta maupun organisasi public di Negara Eropa dan Amerika secara eksplisit  sama yang dialami Indonesia saat ini, terdapat krisis kepemimpinan disegala aspek, untuk mendapatkan pimpinan yang jujur, berkeadilan dan berintegritas tinggi sangat sulit. Sejarawan Anhar Gonggong pernah mengkritik keras bahwa kepemimpinan Indonesia dahulu lahir dari generasi terdidik dan tercerahkan seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir dan lainnya. Tetapi, pemimpin Indonesia sekarang melahirkan kelompok intelektual terdidik, tapi tidak tercerahkan sehingga melahirkan pemimpin koruptif pada semua lingkup.
Dari uraian Mark dalam bukunya tersebut Penulis sependapat dengan beliau bahwa kepemimpinan itu harus dilandasi dengan kejujuran, keadilan. Pimpinan yang memimpin organisasi memiliki integritas yang tinggi, cerdas, kreatif, kompetitif, bertanggungjawab,  bisa menghandel dengan sukses organisasi dalam situasi apapun sangat dibutuhkans manapun. Kasman Singodimejo juga mengatakan bahwa “leader is lijden” (pemimpin adalah menderita). Seorang pemimpin harus berjuang demi rakyat yang dipimpinnya dan lebih memprioritaskan kepentingan bersama (society) dibandingkan dengan kepentingan pribadi (individu). Merujuk dari tulisan Mark ada dua (2) analisis mendasar atas pola kepemimpinan  nasional yang terjadi di Indonesia, yaitu: 1) Rendahnya karakter kepemimpinan yang dimiliki pemimpin Indonesia, dan 2) Kepemimpinan sekarang dibangun dengan politik pencitraan yang bersifat semu. Persepsi secara umum tentang kepemimpinan Indonesia tidak memilki komitmen, berkata siap membela kepentingan rakyat, tapi di belakang layar bertransaksi menjual aset strategis bangsa dan menciptakan kebijakan yang merugikan rakyat Indonesia. Pemimpin kita terlahir dari politik uang (politik transaksional). Mereka menggunakan dana besar untuk meminang suara rakyat.
Kelebihan buku ini adalah dengan jelas mendeskripsikan teori-teori kepemipinan, motivasi, perilaku dan memenejemen organisasi, bahkan dengan jelas diuraikan kasus perusahaan besar dunia yang failit dikarenakan keserakan pimpinan sangat detail dan gamblang. Buku ini cocok untuk semua orang yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin, baik  pemimpin organisasi swasta dan juga pimpinan  Publik.
Akhir kata, demikian  review yang bisa penulis uraikan, buku ini sangat bermanfaat bagi  penulis pribadi dan pembaca, khususnya di kalangan civitas akademika  DAP UNDIP untuk bangkit menggali kembali khasanah teori-teori kepemimpinan dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam, penulis yakin teori yang diuraikan  dalam  buku ini, akan berkontribusi terhadap pengelolaan Birokrasi Indonesia. Demikian, terima kasih.

SUMBER BACAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar